Jakarta part 1
Disini aku ingin bercerita tentang suatu masalah yang pernah aku alami.
Bahwasannya semua makhluk hidup pasti menemukan suatu masalah, aku tak menganggap cerita ini sebagai aib yang di publikasikan, tapi aku ingin pembaca mendapat pembelajaran yang telah aku tuliskan.
saat ini umurku 18 tahun aku memulai menulis cerita ini saat aku di jakarta, aku punya kebiasaan menulis sejak aku berada di sekolah dasar , namun aku biasa menulisnya di buku diary ku , aku tak biasa membagikan tulisan ku kepada publik, bahkan setiap ada masalah pun aku jarang membaginya kepada banyak orang , semua aku tulis di sebuah buku atau pun memo di telefon genggam ku, hilangnya setiap tulisan yang ku buat , itu karena bukunya hilang , atau pun hpnya rusak ☺, tapi bukan masalah untuk aku karena aku masih bisa menulis lagi lembar demi lembar bagaimana cerita hidup yang menurut ku menarik.
Hidup bagai kejutan dimana manusia tak akan pernah tahu pasti kedepannya akan seperti apa. 3 tahun kemudian , 5 tahun kemudian , 8 tahun kemudian .....bertemu seseorang lalu ditinggalkan , bertemu orang baru lagi lalu tak akan pernah tahu lagi , kepada siapa diri ini bersama...
Karena hidup seperti cerita dimana orang2 didalamnya sebagai pemain peran. Dan Allahlah sutradaranya.
Ada hal di dalam hidup ini yang tak bisa kita utak atik , karna itu bukan kuasa kita.
Aku seorang anak dari keluarga broken home , ketika aku smp ayah ibuku berpisah karena suatu masalah ☺, aku juga ingin sekali sebetulnya seperti kalian yang keluarganya utuh, namun balik lagi , di dunia ini ada beberapa hal yang tak bisa di utak atik , dan itu bukan kuasa ku. Dan mungkin ini adalah pembelajaran hidup yang diberikan Allah kepadaku. Aku tak bisa menyalahkan siapa pun , karena ku tahu orangtuaku juga sakit, Ayahku sakit, ibuku sakit, aku dan adik-adikku pun sakit. Namun aku tak menganggapnya sebagai suatu ketidakadilan yang diberikan Allah kepadaku , mengapa orang lain bisa begini , sedangkan aku seperti ini.
Aku mencoba ikhkas dengan apa yang aku alami saat ini. Terkadang ada hal dimana kita merasa benar-benar patah, namun hal tersebut justru memberikan pembelajaran yang luar biasa dalam diriku. Aku belajar, oohh....seperti ini orang tuaku, oh begini masalahnya, oh begini cara beliau menyelesaikan masalah. Dari sinilah aku berfikir, Bagaimana kelak aku menghindari hal yang demikian, bagaimana aku menyelesaikan suatu masalah dengan cara yang lebih baik, berfikir dengan baik, semuanya harus dirombak total. Semua yang terjadi tak harus ada yang disesali , semua pasti ada hikmahnya.
JAKARTA entah bermacam persepsi mengenai kota ini. Kota dimanaa jutaan orang datang kemari untuk mengadu nasib. Di sini aku menemukan banyak sekali orang demgan berbagai macam ras suku sifat, dan pandangan hidup. Aku ga tau sama sekali apa istimewanya kota ini. Yang aku tau hanyalah kota yang jalanannya rakus , selalu di perluas , namun selalu kurang saja. Kota ramai 24 jam tidak pernah tidur. Kota yang sama sekali aku ga berharap untuk tetap hidup dan benar-benar tinggal di sini. Kota yang terkadang bikin aku seneng ga ketulungan, tapi di waktu lain bikin aku nagis ga karuan.
Disini aku juga nggak maen. Disini aku keluarin tenaga biar kerja kerasku menghasilkan uang..
Aku juga punya mimpi..
Bukan hanya menjadi wanita lulusan SMA cari calon langsung menikah punya anak urus keluarga di dapur dan minta.
Aku juga ingin jadi wanita mandiri. Hidup bukan hanya tentang aku. Tapi juga tentang orang tua , adik, sodara, dan orang lain di luar sana.
Demi itu. aku rela pergi ke jakarta yg sebetulnya sama sekali aku nggak suka kota ini dan benar-benar nggak bermimpi untuk menginjakkan kaki dikota ini, namun ternyata aku butuh kota ini !
Bukan perkara mudah aku meninggalkan adik-adikku di sana, aku tidak egois. Tapi ada beberapa hal yang tidak bisa ku ceritakan secara gamblang, namun aku yakin dan percaya dengan adikku dia juga bisa, untuk hidup mandiri. Selama 18 tahun aku sudah sering ditinggal kedua orangtuaku , memangnya perkara mudah ? Tidak! Semua amat perih dan menyedihnkan, 18 tahun aku mengurus adik-adikku, mengatur keuangan yg pada masa itu sebetulnya belum di haruskan untuk belajar yg demikian.
Namun semua urusan rumah dan sekolah aku urus sendiri.
Bukan hanya adikku saja yg ditinggal, bahkan dari umurku 6 tahun pun aku juga sudah ikut nenek, ya kamu tahulah gimana rasanya tidak ikut orangtua sendiri, makan seadanya, bahkan rasanya hidupku sudah terbiasa sekali dengan mie instan... yg katanya makanan yg harus di jauhi. Namun boleh di apa ? setiap pulang sekolah , pulang sore, gak ada makanan sama sekali. Harus marah kepada siapa ? Aku juga harusnya tau diri, disini aku dengan siapa, bahkan hal2 seperti itu sudah harus ku biasakan setiap harinya.
Lulus SMA pergi ke jakarta, pengen banget kuliah tapi kendala biaya karena ga bisa masuk PTN, ya tahu lah PTS iti mahal. Dulu semasa aku SMA seringkali merendahkan orang tua why ?? Kenapa? Orangtua merantau semua bertahun-tahun tapi ga bisa kuliahin anaknya. Dan kini aku lihat dengan mata kepala sendiri orang tua ku berangkat subuh pulang malem buat ngehidupin ke tiga anaknya , ternyata bukan perkara gampang! aku bersyukur karena jakarta bisa membuka mata aku.
Ternyata aku nggak seberuntung mereka yg bisa sekolah, minta ke orang tua, selfie dengan teman baru, pake almamater, seragam aneka warna, jajan di tempat-tempat baru, waw luar biasa, yang semakin aku lihat ,bikin aku semakin gila.
Itu mimpi-mimpi aku yg mungkin akan aku lakukan bila kemarin aku bisa masuk PTN , namun apa boleh di kata karena kemalasan yang ku buat di waktu SMA hal itu menjadi sebuah angan belaka.
Namun di Jakarta, Allah ternyata mengajarkan aku, Allah menegurku dan bikin aku sadar, gimana perasaan orang2 yang saat ini nasibnya sama seperti aku yang gak bisa kuliah ?
Bagaimana perasaan anak-anak yg di luar sana (dijakarta yg kadang aku melihat) yg ga bisa sekolah dasar , tapi di masanya, dia harus bekerja keras, angkat barang hanya untuk sebungkus nasi setiap harinya?. Ya Allah ternyata aku masih jauh lebih beruntung dari mereka.
Mungkin Tuhan menyadarkan aku bahwa masih ada sombong dan egois dalam diriku, sehingga aku di beri patah yang belum seberapa, agar aku tidak hanya melihat diriku tapi melihat orang lain.
Mama ku yg mungkin kemarin belum terbuka untuk kembali menyekolahkan aku untuk berpendidikan yg lebih tinggi, mungkin hatinya terbuka..., mungkin dia kasihan melihat semangatku bekerja, hilangin gengsi hanya untuk ngumpulin uang buat sekolah lagi. Aku bukan anak yg kedua orang tuanya selalu oke, setiap minta sesuatu, aku bukan anak yg bisa beli baju setiap bulannya, aku bukan anak yg minta ini itu langsung di turuti, aku sudah terbiasa meminta sesuatu namun di tolak, demi apa ? Memikirkan masa depan, bahkan sekalinya di kasih/ dituruti, itu juga nunggu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-bertahun untuk membeli barang yg di inginkan.
Karna aku juga bukan anak dari keluarga berada yg dengan mudahnya buang2 uang demi menuruti nafsu dan lapar mata. Dan sekarang aku merasakan bagaimana lelahnya cari uang.
Selain berusaha mengejar mimpi aku hanya bisa pasrah kepada Allah, seperti yang aku katakan tadi hidup penuh kejutan, aku ga tau gimana tahun kedepannya. Dan aku merasa semua masalah ga akan selesai jika hanya untuk dipikir. Aku harus bergerak , bangkit, dengan apa yang saat ini aku bisa lakukan.
See you next story 👋.
Bahwasannya semua makhluk hidup pasti menemukan suatu masalah, aku tak menganggap cerita ini sebagai aib yang di publikasikan, tapi aku ingin pembaca mendapat pembelajaran yang telah aku tuliskan.
saat ini umurku 18 tahun aku memulai menulis cerita ini saat aku di jakarta, aku punya kebiasaan menulis sejak aku berada di sekolah dasar , namun aku biasa menulisnya di buku diary ku , aku tak biasa membagikan tulisan ku kepada publik, bahkan setiap ada masalah pun aku jarang membaginya kepada banyak orang , semua aku tulis di sebuah buku atau pun memo di telefon genggam ku, hilangnya setiap tulisan yang ku buat , itu karena bukunya hilang , atau pun hpnya rusak ☺, tapi bukan masalah untuk aku karena aku masih bisa menulis lagi lembar demi lembar bagaimana cerita hidup yang menurut ku menarik.
Hidup bagai kejutan dimana manusia tak akan pernah tahu pasti kedepannya akan seperti apa. 3 tahun kemudian , 5 tahun kemudian , 8 tahun kemudian .....bertemu seseorang lalu ditinggalkan , bertemu orang baru lagi lalu tak akan pernah tahu lagi , kepada siapa diri ini bersama...
Karena hidup seperti cerita dimana orang2 didalamnya sebagai pemain peran. Dan Allahlah sutradaranya.
Ada hal di dalam hidup ini yang tak bisa kita utak atik , karna itu bukan kuasa kita.
Aku seorang anak dari keluarga broken home , ketika aku smp ayah ibuku berpisah karena suatu masalah ☺, aku juga ingin sekali sebetulnya seperti kalian yang keluarganya utuh, namun balik lagi , di dunia ini ada beberapa hal yang tak bisa di utak atik , dan itu bukan kuasa ku. Dan mungkin ini adalah pembelajaran hidup yang diberikan Allah kepadaku. Aku tak bisa menyalahkan siapa pun , karena ku tahu orangtuaku juga sakit, Ayahku sakit, ibuku sakit, aku dan adik-adikku pun sakit. Namun aku tak menganggapnya sebagai suatu ketidakadilan yang diberikan Allah kepadaku , mengapa orang lain bisa begini , sedangkan aku seperti ini.
Aku mencoba ikhkas dengan apa yang aku alami saat ini. Terkadang ada hal dimana kita merasa benar-benar patah, namun hal tersebut justru memberikan pembelajaran yang luar biasa dalam diriku. Aku belajar, oohh....seperti ini orang tuaku, oh begini masalahnya, oh begini cara beliau menyelesaikan masalah. Dari sinilah aku berfikir, Bagaimana kelak aku menghindari hal yang demikian, bagaimana aku menyelesaikan suatu masalah dengan cara yang lebih baik, berfikir dengan baik, semuanya harus dirombak total. Semua yang terjadi tak harus ada yang disesali , semua pasti ada hikmahnya.
JAKARTA entah bermacam persepsi mengenai kota ini. Kota dimanaa jutaan orang datang kemari untuk mengadu nasib. Di sini aku menemukan banyak sekali orang demgan berbagai macam ras suku sifat, dan pandangan hidup. Aku ga tau sama sekali apa istimewanya kota ini. Yang aku tau hanyalah kota yang jalanannya rakus , selalu di perluas , namun selalu kurang saja. Kota ramai 24 jam tidak pernah tidur. Kota yang sama sekali aku ga berharap untuk tetap hidup dan benar-benar tinggal di sini. Kota yang terkadang bikin aku seneng ga ketulungan, tapi di waktu lain bikin aku nagis ga karuan.
Disini aku juga nggak maen. Disini aku keluarin tenaga biar kerja kerasku menghasilkan uang..
Aku juga punya mimpi..
Bukan hanya menjadi wanita lulusan SMA cari calon langsung menikah punya anak urus keluarga di dapur dan minta.
Aku juga ingin jadi wanita mandiri. Hidup bukan hanya tentang aku. Tapi juga tentang orang tua , adik, sodara, dan orang lain di luar sana.
Demi itu. aku rela pergi ke jakarta yg sebetulnya sama sekali aku nggak suka kota ini dan benar-benar nggak bermimpi untuk menginjakkan kaki dikota ini, namun ternyata aku butuh kota ini !
Bukan perkara mudah aku meninggalkan adik-adikku di sana, aku tidak egois. Tapi ada beberapa hal yang tidak bisa ku ceritakan secara gamblang, namun aku yakin dan percaya dengan adikku dia juga bisa, untuk hidup mandiri. Selama 18 tahun aku sudah sering ditinggal kedua orangtuaku , memangnya perkara mudah ? Tidak! Semua amat perih dan menyedihnkan, 18 tahun aku mengurus adik-adikku, mengatur keuangan yg pada masa itu sebetulnya belum di haruskan untuk belajar yg demikian.
Namun semua urusan rumah dan sekolah aku urus sendiri.
Bukan hanya adikku saja yg ditinggal, bahkan dari umurku 6 tahun pun aku juga sudah ikut nenek, ya kamu tahulah gimana rasanya tidak ikut orangtua sendiri, makan seadanya, bahkan rasanya hidupku sudah terbiasa sekali dengan mie instan... yg katanya makanan yg harus di jauhi. Namun boleh di apa ? setiap pulang sekolah , pulang sore, gak ada makanan sama sekali. Harus marah kepada siapa ? Aku juga harusnya tau diri, disini aku dengan siapa, bahkan hal2 seperti itu sudah harus ku biasakan setiap harinya.
Lulus SMA pergi ke jakarta, pengen banget kuliah tapi kendala biaya karena ga bisa masuk PTN, ya tahu lah PTS iti mahal. Dulu semasa aku SMA seringkali merendahkan orang tua why ?? Kenapa? Orangtua merantau semua bertahun-tahun tapi ga bisa kuliahin anaknya. Dan kini aku lihat dengan mata kepala sendiri orang tua ku berangkat subuh pulang malem buat ngehidupin ke tiga anaknya , ternyata bukan perkara gampang! aku bersyukur karena jakarta bisa membuka mata aku.
Ternyata aku nggak seberuntung mereka yg bisa sekolah, minta ke orang tua, selfie dengan teman baru, pake almamater, seragam aneka warna, jajan di tempat-tempat baru, waw luar biasa, yang semakin aku lihat ,bikin aku semakin gila.
Itu mimpi-mimpi aku yg mungkin akan aku lakukan bila kemarin aku bisa masuk PTN , namun apa boleh di kata karena kemalasan yang ku buat di waktu SMA hal itu menjadi sebuah angan belaka.
Namun di Jakarta, Allah ternyata mengajarkan aku, Allah menegurku dan bikin aku sadar, gimana perasaan orang2 yang saat ini nasibnya sama seperti aku yang gak bisa kuliah ?
Bagaimana perasaan anak-anak yg di luar sana (dijakarta yg kadang aku melihat) yg ga bisa sekolah dasar , tapi di masanya, dia harus bekerja keras, angkat barang hanya untuk sebungkus nasi setiap harinya?. Ya Allah ternyata aku masih jauh lebih beruntung dari mereka.
Mungkin Tuhan menyadarkan aku bahwa masih ada sombong dan egois dalam diriku, sehingga aku di beri patah yang belum seberapa, agar aku tidak hanya melihat diriku tapi melihat orang lain.
Mama ku yg mungkin kemarin belum terbuka untuk kembali menyekolahkan aku untuk berpendidikan yg lebih tinggi, mungkin hatinya terbuka..., mungkin dia kasihan melihat semangatku bekerja, hilangin gengsi hanya untuk ngumpulin uang buat sekolah lagi. Aku bukan anak yg kedua orang tuanya selalu oke, setiap minta sesuatu, aku bukan anak yg bisa beli baju setiap bulannya, aku bukan anak yg minta ini itu langsung di turuti, aku sudah terbiasa meminta sesuatu namun di tolak, demi apa ? Memikirkan masa depan, bahkan sekalinya di kasih/ dituruti, itu juga nunggu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-bertahun untuk membeli barang yg di inginkan.
Karna aku juga bukan anak dari keluarga berada yg dengan mudahnya buang2 uang demi menuruti nafsu dan lapar mata. Dan sekarang aku merasakan bagaimana lelahnya cari uang.
Selain berusaha mengejar mimpi aku hanya bisa pasrah kepada Allah, seperti yang aku katakan tadi hidup penuh kejutan, aku ga tau gimana tahun kedepannya. Dan aku merasa semua masalah ga akan selesai jika hanya untuk dipikir. Aku harus bergerak , bangkit, dengan apa yang saat ini aku bisa lakukan.
See you next story 👋.
Komentar
Posting Komentar